Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adik Iparku Sangat Sayang Padaku, Aku Pun Mengajaknya Menikah

Kisah Web - Mungkin bisa dibilang ini adalah hal tidak benar, namun bisa juga dinggap baik untuk mereka berdua. Ada pepatah yang mengatakan bahwa "cinta tak pernah salah, manusianyalah yang salah". Kisah ini menceritakan hubungan cinta antara seorang kaka ipar dan adik ipar yang spesial.

Sejak pernama menikah, Dwianto merasa tak bahagaia dengan istrinya. Sifat istri yang pemalas adalah faktornya. Dwi yang hanya mengenal dari proses taaruf merasa tertipu dengan masa perkenalan singkat yang dilakukannya. Namun Dwi sanggup bertahan demi keluarganya. Ia tak mau keluarganya malu karena ada perceraian. 

Dwianto menikahi Puspa yang ia anggap wanita solehah. Berhijab syari, sarjana, bertutur kata baik dan menjaga diri adalah alasan Dwianto memilih Puspa sebagai istri. 2 bulan masa perkenalan diaggap cukup oleh Dwi. Namun ternyata penilaiannya salah, Dwi tak menemukan cinta dalam pernikahanya.

Puspa memiliki sifat pemalas, jangankan mebuatkan kopi atau teh saat pagi sebelum berangkat kerja. Untuk bangun mendirikan solat subuh pun Puspa tak mau. Berkali-kalu Dwi mengingatkan pada Puspa untuk solat subuh. Namun Puspa tak bangun, ia tetap melanjutkan tdirnya.

Jilbab besar yang syari tak membuat Puspa bertutur kata baik. Lontaran kata kasar dan nada tinggi setiap hari dikeluarkan Puspa. Sesekali Dwi pun merasa kesal, namun ia tetap sabar. Baginya ini adalah sebuah cobaan hidup. 

Puspa pun hamil, mertua Dwi menyuruh agar mereka tinggal dirumah mertua agar kandungannya bisa terjaga. Hal itu karena Dwi dan Puspa selama ini hanya mengontrak disebuah rumah ukuran kecil. Dengan mengukur beberapa pertimbangan, akhirnya Dwi dan Puspa tinggal bersama keluarga Puspa. Disinlah Dwi mengetahui sifat asli Puspa dan watak-watak buruknya.

Puspa adalah anak orang kaya. Dirumah itu ia sama sekali tidak melakukan kegiatan apapun selain makan, tidur, bermain hp, rebahan dan noton TV. Bahkan untuk membersihkan kamar tidur pun Puspa tak bisa. "Pantas saja dia tidak bisa mengurus rumah, selama ini saya yang masak, bersih-bersih dan mengurusi urusan rumah" benak Dwi. Selama ini memang Dwi lah yang mengerjakan semua urusan rumah.

Selama dirumah itu pula Dwi paham dengan pribadi istrinya yang tidak penah solat dan juga malas dalam berbuat baik. Puspa hanyalah wanita muslim dengan pakaian syari yang digunakannya sebagai sampul agar terlihat islami. 

Namun watak dan prilakunya bukanlah mencerminkan seorang wanita soleh. Dwi pun amat menyesali keputusana memilih Puspa, namun ia tidak menyesali pernikahan ini. Baginya ini tetaplah sebuah cobaan.

Saat tinggal dirumah mertua inilah Dwi melihat adik Puspa bernama Sintia. Sifatnya sangat berbeda dengan Puspa. 

Sintia sangat rajin dalam mengerjakan pekerjaan rumah selayaknya wanita, ia juga terlihat sangat rajin beribadah. Solatnya tak pernah bolong dan rajin solat sunnah serta puasa sunnah. Sintia memang belum memakai hijab syari, namun ia sudah patut disebut wanita solehah. 

Tak disangka, Dwi jatuh cinta dengan kepribadian Sintia. Sintia pun diam-diam kagum dengan kesabaran dan sifat baik Dwi. Mereka pun terlibat cinta terpendam dalam diam. 

"Coba waktu itu yang taaruf Sintia" harap Dwi dalam benak. "Hm, coba aku yang jadi kakak, aku bisa dapetin kak Dwi. Udah soleh, pekerja keras dan mukanya pun kayak orang Korea. Ganteng bangetttt" dalam hati Sintia.

Mereka hanya bisa menahan dalam diam, karena sama-sama sadar kalau mereka adalah sudara ipar. 

Tak terasa kandungan Puspa sudah 9 bulan. Ia segera melahirkan. Ayah Ibu Mertua dan Dwi yang sangat menunggu-nunggu hal ini sangat gembira. Bagi mertua, ini adalah cucu pertama. Sedangkan Dwi sangat bahagia karena ia sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

Hari H tiba, Puspa sudah kontraksi. Ia segera dibaa ke bidan untuk melakukan proses lahiran. Dwi tak henti-hentinya berdzikir dan berdia. Dwi memasukan tangan kedalam kantung celana, didalamnya ada tasbih. 

Kabar baik tiba, Dwi berhasil menjadi ayah. Anak perempuanya lahir dengan sempurna. Segera Dwi menggendong anaknya. Namun Puspa dalam kondisi tidak baik, ia pendarahan amat banyak hingga kondisinya kritis. 

Puspa pun tak sadarkan diri dalam waktu cukup lama. Dwi merasa sangat sedih, hatinya tersayak. Istrinya dalam keadaan lemah dan sakit, namun ia Dwi tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa. 

Lantas Dwi menuju musola, ia bersujud memohon pertolongan kepad Allah. Dengan isak tangis, ia memohon pertolongan agar istrinya selamat.

Namun Allah berkehendak lain. Hari itu adalah hari terakhir Dwi melihat istrinya. Ia dipanggil, Puspa pulang. Ia menghembuskan napas terakhir. 

Kesedihan amat mendalam dirasakan sekeluarga. Dwi pun jatuh pingsan saat menguburkan jenazah istrinya.

"Manusia akan selalu ada kesalahan dan kekurangan, namun manusia adalah hamba yang memang tidak sempurna. Wahai istriku, aku telah memaafkan segala kesalahanmu. Aku sangat menyanyangimu, semoga amal ibadah pernikahanmu diterima hingga sudah separuhlah agamamu. Semoga amal mengandunmu pun diterima menjadi sebuah kebiakan" doa Dwi diatas makan Puspa.

Dwi menjadi ayah sekaligus duda. Anaknya diurus oleh Sintia. Waktu berjalan hingga usia sang anak 2 tahun. Anak Dwi tumbuh sehat bersama Sintia. Dwi tetap tinggal bersama mertua, hal ini karena mertua tak megiizinkan Dwi untuk pergi darisana. "Rumah ini sepi kalau kamu pergi, anakmu dan dirimu harus tetap disini. Biarlah Sintia yang megurusi anakmu saat kamu kerja" ucap mertua

Dwi dan Sintia semakin dekat. Cinta semakin mekar. Kini tak jarang mereka jalan berdua untuk mengajak anak Dwi melihat taman kota. Pertanyaan pun muncul dari Sintia.

"Abang Dwi engga mau nikah lagi ?" tanya Sintia

"Berat dek, menemukan istri untuk teman hidup itu engga mudah" jawab Dwi

"Kan mama dan ayah sudah mengizinkan Aban buat nikah lagi, lagian abang memang butuh pendamping. Kasian Syifa (anak Dwi), dia butuh kasih sayang seorang ibu"

"Betul, Syifa butuh kasih sayang. Tapi tidak mudah menemukan orang yang tepat, yang bisa menyayangi Syifa" jawab Dwi

"Tapi gak mungkin Abang sendirian terus, Abang tetap harus punya pendamping. Sampai kapan begini bang, Aku kasian liat abang" ucap Sintia

"Iya dek, semoga segera dapat. Jika ia jauh semoga Allah mendekatkan, dan jika sudah dekat semoga disegerakan" ujar Dwi

"Hah dekat ???? Abang udah dekat sama seseorang ya ?" tanya Sintia dengan terkaget

"Iya, ada yang dekat. Kamu ini kan dekat dengan Abang" jawab Dwi sambil tersenyum

"Ah, abang bisa aja becandanya. Adek nanya seirus bang. Malah dibecandain" kesal Sintia

"Lah abang serius, kan bisa saja kamu jadi jodohnya Abang Ya kan ?" sambut Dwi

"Kayak mau aja sama Sintia, Sintia kan masih bocah bang" sambut cepat Sintia

"Ya kamu sebenarnya gadis solehah kok, kamu anak baik dan sudah bisa mengurus rumah tangga. Abang liat kamu itu dewasa" tutup percakapan itu

Tak disangka, dari percapakan itu mereka mulai mengungkapkan perasaan suka. Sintia pun mengajak Abangnya untuk menikahinya. 

Dwi pun dengan niat baik mencoba mencari jalan terbaik untuk hubungan ini. Ia menceritakan perasaan nya dan adik iparnya kepada mertua dan orang tuanya. 

Tak disangka semua pihak keluarga menyetujui hubungan ini. Dwi pun menikah dengan adik iparnya. Singkat cerita, mereka hidup bahagia dengan menambah 2 anak lagi. 

Sesekali Dwi berkata dalam hati "harus begini kah Allah menemukan saya dengan jodoh saya"

Tamat, sekian. Salam 

Posting Komentar untuk "Adik Iparku Sangat Sayang Padaku, Aku Pun Mengajaknya Menikah"