Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Liburan Dalam Bahasa Lampung dan Artinya

KisahWeb - Sebuah karangan atau contoh cerita liburan dalam bahasa Lampung beserta artinya bisa mejadi bahan pelajaran bagi siswa-siswa yang memerlukan referensi.

Cerita liburan adalah karangan fiksi dan non fiksi, tergantung dari penulisnya. Untuk yang kami buat ini adalah karangan fiksi. Menceritakan seorang anak yang sedang berlibur ke Pantai Sawmill Tanggamus Lampung.

Dalam kisah diceritakan keadaan pantai yang penuh sampah dan tidak terkelola. Keadaan ini pun membuat mereka tidak nyaman dan berujung pada renungan diri, sebab sampah di pantai adalah sampah yang mereka buang sembarangan ke sungai.

Berikut adalah cerita tentang liburan berbahasa Lampung

Sumber foto: Dunia Indra 

Liburan yeyuh (Liburan Sampah)

Liburan sappai, tano nyak khik keluaghga haga lapah mit pantai sumil. Pantai si paling khedik jak lambanku, jadi sikam ngemilih mit dija.

Liburan tiba, kini aku dan keluarga hendak pergi ke Pantai Sawmill. Pantai yang paling dekat dengan rumahku, jadi kami memilih kesini.

Sikam ngusung iwa khik lamon kanikan tinggal dikanik, sekitar jam 2 debbi sikam berangkat. Lapahanan lumayan khedik ulih sikam beghangkat jak Pangkul Tanggamus.

Kami membawa ikan dan banyak makanan siap santap, sekitar pukul 2 sore kami berangkat. Perjalanan cukup dekat karena kami berangkat dari Pangkul Tanggamus. 

30 menit seghaduni togoklah sikam di pantai Sumil. Tekhnyata lumayan khamik, halok ulih tannno khani minggu. Jadi lamon si liburan ngenikmati pantai.

30 menit kemudian sampailah kami di Pantai Sawmill. Ternyata cukup ramai, mungkin karena ini hari minggu. Jadi banyak yang berlibur dengan menikmati pantai.

Sikam nukhunkon unyin tengusung, nyak mulai ngenyani pekhunan pakai ngemanggang iwa. Kakakku khik unikku ngecahkon iwa, sedongkon si bakhih mulai nyiapkon khang mengan.

Kami menurunkan semua perbekalan, aku mulai membuat perapian untuk membakar ikan. Kakaku dan bibiku membersihkan ikan, sedangkan yang lain mulai menata tempat makan.

Ngepapah bulung putti, sikam nyani khang mejong ngehadap pantai. Kenyin pas mengan kanah, sikam mingan ngenikmati kanikan khik pemandangan lawok.

Beralas daun pisang, kami membuat tempat duduk dadakan menghadap pantai. Supaya pas makan nanti, kami bisa menikmati santapan dan pemandangan lautan.

Jonjongan pun mesak, unyin dikakhikon di hadapan khang mejong sikam. Sikam mulai nganik palas ngeliak lawok si setemonni mawat pikha helau, ulih wakhna way lawokni cokelat.

Masakan pun matang, semua dijajakan di depan tempat duduk kami. Kami mulai menyantap sembari memandang lautan yang sebenarnya tidak begitu indah, sebab warna air lautnya cokelat.

"Wueeekkk" bunyi kakak si keliakni haga ngemutahkon kanikan. Seunyinni jadi tekanjat. Mawat benni nyak moneh gukhano, nyak ngumbau umbai ni yeyuh si busuk. geggoh bakkai.

"Wueekkkkkk" suara kakak yang terlihat ingin memuntahkan makanan. Seketika semua menjadi kaget. Tak lama aku pun begitu, aku mencium bau sampah yang menyengat. Seperti bangkai.

"Umbau api ajo" hani bak. "Injukni wat bakkai di hak dija jo, semulani umbauni busuk baccong" timbal emak.

"Bau apa ini" kata ayah. "Sepertinya ada bangkai disekitar sini, makanya baunya menyegat banget" jawab ibu.

Sikam ngelajukon mengan kidang suasana kukhang musenang. Sekhaduni nyak khik kakak nyeppok jak ipa asal umbau busuk hinno.

Kami pun melanjutkan makan dengan suasana yang kurang menyenangkan. Setelahnya aku dan kakak pun mencari sumber bau menyegat itu. 

Sikam mawat ngehalu bakkai, kidang sikam ngehalu tuppukan yeyuh si kucakh khakhit. Yeyuh hino yakdo yeyuh jak lamban-lamban si kehanyut di usung halikhan way. Khik nyak yakin hino yeyuh-yeyuh jak pekon-pekon disekitar pantai, tekhmasuk moneh pekonku.

Kami tidak menemukan bangkai, namun kami menemukan gunungan sampah yang berserakan. Sampah itu adalah sampah rumah tangga yang hanyut terbawa aliran sungai. Dan aku yakin bahwa itu sampah-sampah dari kampung-kampung disekitar pantai, termasuk juga kampungku.

Baca Juga: Hukum buang sampah di sungai

Hinolah jadini ulih mawat ngedokni fasilitas khang ngehaccongkon yeyuh si layak, ditambah kesadakhan masyakhakat si khenoh. Hasilni pantai si khano helau bekhubah jadi pantai buyeyuh plastik.

Inilah akibat dari tidak adanya fasilitas pembuangan sampah yang layak, ditambah kesadaran masyarakat yang rendah. Hasilnya pantai yang begitu cantik berubah menjadi pantai bersampah plastik.

Sobat, demikianlah cerpen atau cerita dalam bahasa Lampung beserta artinya. Semoga bisa menjadi referensi, semoga pula nilai dalam cerita ini dapat kita ambil pelajaran. Bahwa membuang sampah adalah hal buruk yang kemudian berdampak pada diri kita dimasa yang akan datang. 

Posting Komentar untuk "Cerita Liburan Dalam Bahasa Lampung dan Artinya"