Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Kisah Inspiratif Keledai Singkat Beserta Makna dan Nilainya

Kisah Inspiratif - Keledai menjadi hewan yang dijuliki bodoh dan keras kepala. Hal itu asbab dari cerita dan juga sifat keledai yang banyak dituliskan oleh pengarang. Walau begitu ada kisah kisah inspiratif keledai yang bisa kita ambil hikmahnya lho. Dan, mereka tidak bodoh kok. 

Kenapa keledai dijuluki hewan yang bodoh ? Julukan itu sudah diberikan sejak zaman Yunani kuno. Walau di era modern ini sudah banyak yang menyangkal bahwa keledai bukanlah hewan bodoh. Namun anggapan itu tetap saja ada. Dalam salah satu pembahasan menyebutkan bahwa keledai disalah pahami sehingga reputasi keledai menjadi dinilai binatang yang bodoh dan keras kepala.

Keledai dihubungkan dengan perilaku bodohsetelah mendapat penilaian sebagai hewan bodoh, budak, dan keras kepala oleh penulis Yunani kuno, Homer dan Aesop. Jika dibandingkan dengen kuda, keledai memang tak sebanding. Tak sebanding bukan berarti bodoh karena berbeda spesies. 

Berikut ini kisah inspiratif keledai populer yang dihimpun dari berbagai sumber:

1. Humor Sufi, Keledai Membaca

Dalam kisah ini diceritakan bahwa Sang Raja menyuruh Nasrudin untuk mengajari seekor keledai agar bisa membaca. Nasrudin diberi waktu 2 mingu. Setelah 2 minggu, Nasrudin pun menghadap raja, menunjukan kecakapan keledai membaca buku. 

Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata, “Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali kemari, dan kita lihat hasilnya.”

Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.

“Demikianlah,” kata Nasrudin, “Keledaiku sudah bisa membaca.”

Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?”

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.”

“Tapi,” tukas Timur Lenk tidak puas, “Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?”

Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?”

Makna: Mana mungkin hewan bisa membaca, sebab hewan berbeda dengan manusia. Makna lain adalah manusia yang bodoh adalah manusia yang membaca buku dengan hanya melewati lembar-lembar nya saja tanpai memngetahui isi yang ada didalam buku. Artinya, jika tidak ingin bodoh maka bacalah buku dengan baik dan benar. Jangan asal lewat saja.

2. Kisah Keledai Didalam Sumur

Dikisahkan ada seekor kuda mulik petani yang terjatuh kedalam sumur. Keledai itupun menangis ber jam-jam lantaran ketakutan dan ketidak berdayaan. Sementara itu, si petani bingung memikirkan apa yang harus ia lakukan.

Setalah berfikir cukup panjang dan rumit, akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun. Tak ada gunanya menolong si keledai ini. Maka ditimbunlah keledai itu hidup-hidup. Petani itu mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis. Kelesai sangat sedih. Perlahan petani dan para tetangga measukan tanah ke lubang sumut. Tetapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. 

Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.

Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara si petani dan tetangga-tetangganya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.

Segera saja semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri. Akhirnya si keledai pun bebas. Ia keluar dari sumur berkat tanah yang dimasukan kedalam sumur. Keledai tak menyangka itu bukan hari terakhirnya. Sementara petani itu dan para tentangga merasa lebih bodoh daripada keledai.

Makna: Dalam kehidupan; kegembiraan, kesulitan, kesedihan, selalu datang silih berganti. Namun adakalnya kita akan mendapat keberuntungan jika kita cerdik. Sementara itu, sebagai manusia kita harusnya berfikir lebih cerdas lagi. Gunakan logika pikir untuk memecahkan masalah.

3. Kisah Anak Bapak dan Keledai

Kisah ini memberikan makna yang sangat mendalam. Dalam peerjalanan hidup kita akan menerima banyak sekali komentar dari orang lain. Oleh sebab itu kita harus pandai menyaring komentar itu, mana yang sebagai saran dan mana yang sebagai sampah. Dan kmentar dalam hidup itu tidak akan pernah habis, jadi jangan diambil pusing ya. 

Dikisahkan perjalanan ini dilaukan oleh 2 orang yang tanggung. Si anak belum dewasa, ia masih remaja yang beranjak. Sedangkan si bapak adalah seorang yang sudah tidak muda lagi, namun belum terlalu tua. Mereka melalukan perjalanan menuju pasar menggunakan keledai tua, namun tubuhnya masih kuat. Hanya saja memang tubuh keledai umumnya berukuran kecil. 

Berangkatlah mereka. Si bapak menunggangi kuda, sedangkan anaknya jalan kaki. Di kampung pertama, mereka disoraki oleh wanita. "Kok, kamu yang naik, sedangkan anakmu yang kecil itu kelelahan berjalan dibelakang?" 

Mendengar itu si Bapak pun turun dari keledai dan menyuruh anaknya  untuk naik keledai. Kemudian tak berapa lama, mereka melewati segerombolan orang tua sedang duduk dibawah pohon. Mereka berkata "Mengapa kamu berjalan kaki, kamu kan sudah tua, sedangkan anakmu yang masih muda. Harusnya anakmulah yang jalan, dan engkaulah yang menunggangi kuda? Si anak pun kemudian turun.

Kemudian di desa lain mereka pun mendapat komentar lagi dari seorang pria berbadan tegap yang terluhat gagah. "Kok cuma satu orang yang naik keledai, kenapa enggak berdua ?". Mendengar itu merekapun menaiki keledai itu bersama-sama. Dua orang naik seekor keledai.

Mereka melintai kampung berikutnya. Tetapi, ditengah perjalanan, mereka melewati sekelompok orang pecinta binatang. Melihat pemandangan itu, para pecinta binatang ini berkomentar "Kasihanilah binatang yang kurus kering itu. Kalian berdua menungganginya, padahal kalian lebih berat dari pada keledai ini."

Mendengar itu, bapak dan anak ini lantas turun dari keledai. "Kalau begitu, mari kita berjalan bersama-sama dan kita biarkan keledai ini berjalan di hadapan kita." Kata si Bapak.

Tak habis sampai disitu merka masih mendapat komentar lagi. Mereka bertemu orang yang sedang mabuk dan berkata.  "Yang pantas itu keledai yang menaiki kalian berdua, sehingga kalian dapat membuatnya terhindar dari kendala-kendala di jalan". Sang bapak yang terpengaruh omongan pun lansgung mengendong si keledai.

Namun di depan, mereka lagi lagi ditertawakan oleh orang-orang asbab pemandangan aneh itu. Kemudian si bapak  berhenti dan menoleh kepada anaknya sambil berkata, "Wahai anakku, jika mendengar dan mengikuti semua omongan manusia. Tidak akan ada habis - habisnya." Dan mereka berdua pun tertawa. 

Makna: Bahwasanya omongan atau komentar orang lain kepada kita tidak akan pernah ada habisnya. Jangan pusig terlalu sibuk memikirkanya. Mereka hanya berkomentar dari sudut pandang mereka. Mereka kadang memiliki kemampuan terbatas, namun berani berkomentar.

4. Memberi Makan Keledai

Suatu hari Afduloh (ayah) dan Fadil (Anak) berdebat soal keharusan memberi makan keledai yang hidup di taman. Sebab sudah banyak rumput di taman, sehingga Fadil berpendapat bahwa tak perlu si ayah memberikan makan keledai seriap pagi dan sore.

"Bapak seperti menggarami laut, melalukan hal yang tidak ada gunanya" ucap Fadil saat melihat ayahnya memberi makan keledai.

"Kenapa begitu, kan keledainya butuh makan. Ya ayah beri makan dong" jawab Afduloh

"Taman ini begitu luas yah, dari ujung barat hingga timur terbantang luas hamparan rerumputan. Biarkan saja keledai-keledai ini makan dengan seindirinya. Rumput itu tak akan habis sepanjang tahun" tutur Fadil

"Hm, kamu benar. Tapi ayah ini pengen sedekah nak. Memberi makan hewan tercatat dengan sedekah. Jika ayah memberi makan keledai ini setiap hari, artinya ayah tercatat bersedekah setiap hari"

Makna: Dalam riwayat hadits, disebutkan bahwa memberi makan hewan dicatat sebagai sedekah.

5. Keledai Kesayangan

Sudah 10 tahun keledai bernama Pino dipelihara oleh Agus. Ia mendapat keledai ini dari pamannya. Suatu hari, Agus bingung lantaran ia sudah tidak memiliki uang dan makanan. Hanya keledai itu yang bisa ia jual atau ia makan. Namun hatinya tak sampai untuk melepas kepergian sang keledai. 

Jika agus memotong keledai itu, bisa jadi ia tak akan mampu menyantap dagingnya. Sebab ia sebegitu sayangnya dengan keledai. Jika ia menjualnya, butuh waktu beberapa hari untuk sampai ke tempat penjualan. Anak dan istrinya bisa mati kelaparan jika haru menununggu lama, sebab sudah 2 hari mereka tidak makan. 

Akhirnya Agus pun menyembelih keledai itu. Dengan isak tangis ia merelakan si keledai. Itu demi hidup anak dan istrinya. Daging dan tuluang Agus awetkan agar bisa dimakan untuk bebrapa waktu. Sedangkan kulit nya ia jual ke pasar. Agus menyadari ada beberapa hal yang harus dikorbankan untuk hidup, termasuk hewan kesayangan.

Makna: Ada beberapa hal yang sangat kita sayangai, dan itu harus kita ikhlaskan. Sebab dalam beberapa kesempatan, kita akan dihadapakan dengan pengorbaban besar. 

Sobat, itulah deretan kisah inspiratif keledai yang populer besaerta makna dan nilai yang terkendaung dalam cerita. Semoga kita bisa memetik hikmahnya. Salam

Posting Komentar untuk "5 Kisah Inspiratif Keledai Singkat Beserta Makna dan Nilainya"