Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merenungi Kisah Manusia yang Tidak Puas Dengan Rezekinya

Kisah Web - Kenikmatan rezeki akan bertambah jika kita mensyukurinya. Namun jika kita tetap saja mengeluh setelah mendapat rezeki, rasa haus dan lapar akan terus menjadi. Seperti kisah manusia yang tidak puas dengan rezekinya ini. Padahal ia telah bergelimang harta.

2 hal yang bahaya adalah haus dunia dan lapar mata, jka keduanya sudah menghinggap, maka kepuasan batin akan sukar dinikmati. Terus menerus merasa kurang, padahal dirinya sudah dalam kenikmatan besar. Terus mengeluh padahal di tanganya telah banyak yang digenggam.

"Ya allah, aku ingin itu, aku ingin seperti dia, aku harus punya itu" cuap anak adam yang terus merasa ingin. Sungguh manusia itu  tidak akan merasa puas sampai mulutnya tertutup tanah di liang lahat. 

1. Kenapa Manusia Tidak Puas 

Ada beberapa penyebab kenapa manusia tidak merasa puas dengan hidupnya diantarnya; ingin mempertahankan harga diri, mencari dan menonjolkan identitas, pemenuhan hasrat diri, membutuhkan penilaian dari luar, dan kurang bersyukur. Rasa ketidakpuasan tersebut bisa terjadi dalam beberapa aspek seperti  prestasi, kekayaan, persahabatan ataupun percintaan.

2. Seandainya Mereka Bersyukur

Sebenarnya ada hal yang sangat possitif dari tertanamnya rasa syukur yakni terciptanya tenteram dan nyaman. Segala kekurangan bisa diluruskan karena berfikir bahwa kekuasaan Allag yang mengatur. 

Apapun yang didapat, itu sudah digariskan. Segala yang didapat bisa disyukuri dengan memuji segala rezeki atas pemberian Allah, sehingga rasa sombing pun terkubur. 

Hal lain yakni bertambahnya nikmat, sebagaimana difirmakan Allah bahwa nikmat orang yang bersyukur akan ditambah. Sobat boleh mencatat bahwa rezeki yang didapat kali ini bisa saja membuka rezeki yang lain atau menutup rezeki lain. Maka bersyukurlah.

3. Dunia Hanya Sementara

Hidup di dunia diibaratkan dengan seorang yang sedang melakukan perjalanan panjang. Diperjalanan itulah kita berhenti untuk berteduh dibawah pohon. Disitulah posisi kita, saat berteduh dibawah pohon. 

Artinya bahwa dunia ini sangatlah sebentar dan singkat jika dibandingkan dengan perjalanan kita sesungguhnya. Maka jangan jadikan dunia ini sebagai kepuasanmu. 

Sobat bisa melihat gambar dibawah ini, betapa masih panjangnya perjalanan kita menuju ke titik ahir. 

4. Harta Memang Bisa Dibawa, Begini Caranya 

"Untuk apa memburu harta, harta tidak dibawa mati". Bisa kok, sedekahkan untuk amal jariah hartamu itu, atau wakafkan. Pahalanya bisa dibawa mati. 

Artinya harta atau benda yang kita kumpulkan itu bisa saja menjadi barang bawaan untuk kita dalam konotasi lain. Misal seorang yang mewakafkan tanahnya untuk dibuat perpustakaan, sumur atau juga sekolah. Tentu pahalanya mengalir bukan. Maka bawalah hartamu itu.

5. Sahabat Nabi yang Selalu Sabar dan Bersyukur kepada Allah

Seorang sahabat nabi yang memiliki rasa syukur tinggi yakni Abu Qilabah. Meski dalam keadaan sangat miskin sakit serta cacat ia senantiasa beryukur atas apa yang ia miliki.

Ia tidak punya apa-apa, tapi beryukur karena ia masih dijadikan hamba yang selalu bersukur dan bisa mendirikan salat. Ia juga bersyukur anak-anaknya tidak bermaksiat. 

Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?”

Bukankah Allah memberiku lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?

Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.

Sobat, senantiasalah hidup dengan rasa syukur. Jauhi sifat kufur nikmat. Coba renungkan kalimat dibawah ini.

Coba pikirkan jika saat ini betismu sakit, matamu tidak bisa melihat, bagaimana jika tangamu tidak lengkap, andai lidahmu hilang, bibirmu sumbing dan sebagainya. Bukankan saat ini anda dalam kedaan yang amat baik. 

Jangan tertalu sibuk memikirkan apa yang belum ada hingga anda lupa mensyukuri nikmat yang telah tergenggam.

Posting Komentar untuk "Merenungi Kisah Manusia yang Tidak Puas Dengan Rezekinya"