Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Cerpen Corona Membunuh Manusia Bukan Kemanusiaan

KisahWeb - Cerpen tentang corona membunuh manusia bukan kemanusiaan menjadi salah satu karya tulis yang dicari saat pandemi terjadi, bahkan cerpen ini juga bisa berguna ketika nanti pandemi berakhir. Sebab cerpen ini bisa menjadi bahan pendidikan bersama, tentang bagaimana kemanusiaan haruslah terus ada.

Rasa kemanusiaan dan jiwa sosial dalam dampak covid-19 sangat membantu bagi mereka yang terdampak. Banyak yang saat itu butuh bantuan, dan untungnya banyak juga yang membantu. Covid 19 mencatatkan sejarah bahwa rasa kemanusiaan itu ada, bahkan sangat tinggi.

Berikut ini adalah beberapa cerita pendek yang bertema corona membunuh manusia, bukan kemanusiaan;

1. Cerpen: Donasi Online

Aku sangat senang dengan perkembangan teknologi saat ini, semua terasa semakin mudah dan cepat. Kalau orang-orang mendeskripsikan generasi saat ini adalah generasi yang sukanya instan, kubilang itu salah. Bukan instan, kami suka yang cepat.

Semangatku terhadap adanya teknologi inilah yang membuatku bersama kawan-kawanku membuka sebuah donasi untuk membantu warga yang terkena dampak covid. Ya, pagi itu aku sengaja mengumpulkan beberapa teman admin akun instagram yang ku kenal.

"Jadi intinya, keperluanku adalah ingin mengajak kalian semua untuk membuat galang dana di Kita Bisa. Uang yang terkumpul untuk membantu para orang-orang yang tidak memiliki penghasilan akibat di PHK" terangku dihadapan 5 sahabatku, Rena, Afandi, Sela, Inawan dan Agung.

"Aku setuju, tapi apa yang bisa ku lakukan Jo ?" tanya Rena padaku.

"Kamu kan pegang akun yang pengikutnya sudah 10 ribu, jadi nanti kamu share di akun mu. Begitu juga teman-teman yang lain. Setelah dana terkumpul, kita akan menyalurkan uangnya secara bersama-sama" tuturku.

"Oh begitu, ya sudah oke deh" jawab Rena.

Kami pun memulai kampanye donasi. Alhamdulilah, hari pertama ada donasi masuk sebesar 500 ribu.

"Jo, ada yang donasi tuh. Udah 500k aja. Ada 20 pendonasi. Semangattt" Rena menghubingiku via wa.

Kami pun senang, kami tak hentinya menyebarkan kampanye donasi ini. Akhirnya setelah 1 bulan, ada uang sebesar 500 juta yang terkumpul. Sungguh angka yang fantastis dan tidak pernah kami duga. 

Ya, corona memang bisa membunuh manusia. Tapi kemanusiaan akan tetap hidup, sebab manusia akan bahagia jika bisa membantu sesamanya. Kami yakin itu. 

2. Cerpen: Para Pemberi

Aku adalah salah satu relawan kesehatan di salah satu puskesmas. Dulunya aku adalah pegawai bank, namun aku terkena PHK karena kantor berhenti beroperasi akibat covid. 

Tak ada aktivitas yang bisa kujalani, oleh sebab itu aku memilih menjadi relawan selama 1 bulan full. Kebetulan puskes di daerah ini sangat sibuk dengan aktivitas karena banyak pasien covid. Kurasa karena di wilayah ini banyak pekerja yang berasal dari salah satu perusahaan transportasi, sebab kebanyakan pasien dari kantor itu.

Disini aku belajar banyak, terutama tentang kemanusiaan. Bagaimana orang-orang saling membantu dan berempati selama corona. Selama aku di puskes, banyak relawan dan juga lembaga yang datang. Mereka memberikan bantuan. 

Suatu hari pernah ada sekelompok orang memberikan sumbangan Alat Pelindung Diri (APD), mereka mengatakan miris dengan kurangnya APD. APD tersebut mereka buat dari kain, sebab mereka adalah para penjahit.

Tak berselang lama ada orang yang memberikan buah ke puskes, mereka mengaku para petani buah yang ingin menyumbangkan hasil panen mereka untuk petugas medis dan pasien.

Ada pula para anak muda yang memberikan bantuan uang recehan, vitamin dan lainya. Benar-benar indah, ditengah ancaman virus ini, ternyata banyak sisi kemanusiaan yang timbul.

Dari sinilah aku membuat kesimpulan bahwa manusia sejatinya selalu ingin membantu sesamanya, buktinya ada ratusan miliyar dana yang terkumpul dari donasi. 

Karena corona ini saya menyelami dunia kemanusiaan yang luar biasa, kemanusiaan bagaikan samudera. Beberapa tetes air kotor tidak mampu mengotori seluruh samudera.

3. Cerpen: Saat Aku Dibantu

"Yok yok, motormu ilang yok. Udah gak ada yok. Tinggal helmnya" Teriak Eko padaku.

Ya, sore yang malang itu menjadi salah satu yang paling naas dalam hidupku, motorku hilang saat aku tengah sembahyang dzuhur di mushola. Padahal motorku adalah tunggangan untuk mencari nafkah, Aku adalah seorang driver ojol.

"Ndok, motorku hilang ndok" ucapku pelan saat sampai dirumah.

Aku melihat benar betapa istriku sedih, namun ia tetap berusaha menenangkanku. "Yowes mas, namanya musibah. Mas minum dulu, sudah makan belum, itu masakan sudah siap mas

"Uang kita ada berapa buk, cukup engga buat hidup bulan ini. Dedek susunya masih ada?" tanyaku cemas.

"Uang tinggal 700 yah, susu masih ada. Insyaallah buat bulan ini sih cukup yah" jawab istriku.

Saat itu aku bingung harus bagaimana. Otakku berhenti berfikir jernih. Sesaat aku ingin enyah dari kehidupan ini.

Namun ternyata ada komunitas ojol yang datang kerumah. Mereka memberikanku uang untuk modal usaha. Alhamdulillah, aku tak sanggup berkata-kata lagi. Ini adalah pertolongan yang sangat membantuku.

Aku pun menggunakan uang itu untuk membeli beberapa kopi saset dan juga jenis bubuk minuman siap saji. Singkat cerita, aku jadi penjual kopi keliling. Itu adalah usaha paling realistis yang bisa aku lakukan. 

Sebulan aku menjalani profesi ini, alhamdulillah anak istriku bisa makan. Kami pun cukup tenang untuk beberapa saat, sebelum corona datang. Ya,corona melumpuhkan Jakarta. PSBB membuat tak banyak orang berlalu lalang. Kantor WFH, tak ada pembeli yang bisa kudatangi.

"Ada ada aja ya buk, cobaan apa lagi ini. Corona menghentikan ekonomi kita buk" keluh kesahku pada istri.

"Semoga segera ada solusi ya pak" doa istriku.

"Gak tau buk, paling bapak mau nguli aja di pasar. Tapi pasar juga tutup. Kita juga kan PSBB" ucapku.

Lagi-lagi Allah menolong keluarga kami melalui orang orang yang peduli dengan kemanusiaan. Ada salah satu lembaga zakat yang memberi kami bantuan. Tak lama juga ada orang yang memberikan uang donasi. Tak lama lagi banyak orang orang baik yang sering datang memberikan bantuan. Dari sini saya yakin bahwa Allah telah menjamin rezeki manusia, bahkan lewat jalan yang tak terduga. 

Sobat, demikianlah cerpen tentang corona membunuh manusia bukan kemanusiaan. Dalam cerita ini ada beberapa pelajaran kemanusiaan yang bisa kita ambil. Ingatlah bahwa dalam hidup yang menjadi pena adalah kebaikan, yang menjadi tinta adalah kemanusiaan. 

Posting Komentar untuk "3 Cerpen Corona Membunuh Manusia Bukan Kemanusiaan"