Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ternyata Orang Gila Ada Benarnya, Begini Kisahnya

Kisah Web- Suatu saat ada mayakuliah kemasyarakatan yang mengharuskanku untuk turun ke masyarakat dan mengumpulkan data tentang kemasyarakatan. Kebetulan saat itu tema yang diangkat yakni tentang pemilihan wakil rakyat. Quesioner pun tentang beberapa hal yang menyangkut pemilihan dan juga dampak wakil rakyat untuk masyarakat.

Saya terbagung dengan kelompok 5, tugasnya mewawancarai masyarakat di sekitar hutan. Saya dan rekan rekan pun bergegas mencari kampung yang berdekatan dengan hutan. Tak butuh waktu lama untuk mencarinya, kami tinggal melihat di google maps. Berselang beberapa hari, kami menuju desa tersebut.

Setelah mengurus izin dan juga menyampaikan beberapa pesan dari kampus, kami pun diizinkan untuk melakukan riset kecil kecilan disana. Tibalah saatnya kami mewawancarai warga kampung. 

Hari pertama hingga hari ketiga semua berjalan biasa biasa saja. Normal, datar. Hampr semua responden menjawab seperlunya saja. Tidak ada yang memberikan jawaban mendalam. 

Namun hari keempay saya menemukan responden yang sangat kritis dan atraktif. Setelah diberikan quesioner ia pun memberikan jawaban tambahan yang banyak. Dan menurut saya itu bukan jawaban biasa, kalimatnya penuh data dan mendalam.

"Rakyat memilih wakil, kemudian mereka jadi pejabat. Jadi wakil rakyat dan melupakan rakyat" kalimat pertama yang terucap sesaat setelah ia mengisi kuesioner.

Saya pun terdiam senyum, menandakan keinginan saya mendengarkan keluh lanjutan dari bapak tua berambut kerinting dan bajunya bolong bolong itu.

"Dulu mereka memburu suara rakyat, sekarang mereka tak kan mau mendengar rakyat. Dasar para DPR sialan" kutuknya 

"Disini dulu pernah didatangi banyak calon anggota dewan, mereka salaman dan mencium tangan orang tua. Mereka amat hormat. Tapi setelah jadi, jangankan mereka kesini lagi, mungkin mereka tak mau ingat lagi kalau mereka pernah datang kesini" tutur panjangnya yang membuat saya penasaran dan kemudian melontarkan pertanyaan.

"Memangnya dulu ada yang kampanye kesini pak ?" tanyaku

"Banyak" sahutnya bernada tinggi sambil melotot, tanda emosi

"Banyak, dari partai mana saja sudah datang. Tapi mana hasilnya ? Jalanan disni masih batu belum aspal, masih banyak orang miskin tidak makan, banyak anak putus sekolah. Apa mereka lupa bahwa dulu pernah berjanji mengentaskan itu semua ! ha, mana janji mereka" Lanjutnya bernada tinggi

"Kamu juga, sekarang kamu nyari data disini. Wawancara, setelah data terkumpul apakah kamu mau kesini lagi untuk menyambung hubungan ? Haaaa. Manusia hanya datang saat butuh, ia akan pergi saat sudah tak ada kebutuhan lagi. Ya kan ?" Serunya dengan amat terlihat kesal

Saya pun terdiam, tak mampu menjawab apa yang dikatakan orang ini. Beberapa menit kemudian teman saya memanggil saya dan berbisik "Kata pak lurah, orang ini sudah lama gila. Gak usah diwawancara". Seketika saya pun terkejut dan pergi dari hadapan orang itu.

Sambil beranjak pulang ke mes, saya pun membatin. "Apa yang dikatakan orang gila itu benar semua". Orang-orang yang waras malah berprilaku gila, sedangkan orang gila malah pikiranya waras. Ironi negeri ini.

Posting Komentar untuk "Ternyata Orang Gila Ada Benarnya, Begini Kisahnya"