Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

2 Cerpen Bahasa Lampung Tentang Kopi dan Sawah

KisahWeb - Contoh Karangan cerita pendek atau cerpen bahasa Lampung adalah sebuah karangan yang menggunakan bahasa Lampung dalam hal menceritakan.

Kata, kalimat dan jalan cerita menggunakan bahasa Lampung dialek A (Api) dan O (Nyow). Sebagaimana kedua dialek tersebut digunakan. Selain itu, tema yang diangkat pun tentang Lampung. Misal tentang kopi, wisata, durian, sawah, kelapa dan adat Lampung.

Siger, mahkota yang menjadi icon Lampung (Foto: Indonesia Travel)

Cerpen dibawah ini menceritakan tentang seorang anak yang ikut memanen kopi dan seorang anak yang pergi kesawah. Kedua cerita mengandung makna berbeda.

Cerita tentang kopi mengandung nilai atau makna tentang kegiatan bertani kopi yang berat, sedangkan cerita anak pergi ke sawah adalah tentang menghargai nasi yang prosesnya panjang. Berikut adalah cerita selengkapnya;

1. Mutil Kupi

Apai hijo nyak nutuk mit dakhak ni bakku, ampai pertama kali nyak nyilau mit dakhak. Khasani senang baccong, pas di khelaya wat lamon pemandangan si helau.

Wat gunung, ghulah, bukit khik wat ghimba si unyin ni keliaan hujau khik sejuk. Sesekali nyak moneh ngeliak pekon lunik disekitar kebun kupi. Hani bakku, hino gelakhni talang.

Sappai moneh nyak di dakhak. "Sappai, pah kham siap-siap mutil kupi" ukhau bak. "Siap, nyak khadu mawat sabakh haga mutil kupi, pasti gappang khik bangik" timbalku. 

Pas khadu gatti kawai, mengan, khik nyiapkon alat-alat, sikam mulai mutil kupi. Nyak makai sakhung culuk, ginjar, tupi khik lading lunik khadu gegoh bakku.

"Ye mutil" nyak mekik kehanjakan. Pelegohan nyak mindahkon biji kupi jak batangni mit ginjar. "Tekhnyata payah moneh yu" dilom pikikhanku.

"Nak, si lagi hujau dang di putil pai, si hujau lagi ngukha. Putil si khadu tuha gaoh, warna ni kuning khik suluh" cawa bak ngeni pandai ki nyak salah mutil kupi.

"Oh payu bak, penyanaku unyinni mingan diputil" timbalku. Ampai sejam, hitingku khadu ngucukh. Lumayan buya, tekhnyata mutil kupi mawat semudah si ku kikha. Culukku moneh kekhasa sakik, ulih jakhi-jakhi si di gunakon pakai mutil kupi si lagi nempel di khatting batangni.

"Bak, nyak mingan istirahat mena kodo? nyak buya khik culukku mulai kekhasa sakik. Ginjarku moneh mawat penuh-penuh, kidang khadu biyak. Nyak payah lapah bak" nyak ngeluh lawan bak.

"Mit istirahat nak," timbal bak palas senyum. Yakhadu ni ia ngewada. "Hamu haga mutil kupi si lamon, eh tekhyata kelemohan moneh hehehee."

"Iyu bak, tekhnyata biyak moneh yu, penyanaku gappang" timbalku. "Hijo proses si paling gappang jak ngebun kupi, wat proses si lain si lebih biyak gegoh ngecahkon jukuk khik ngekhatting, ngemupuk khik ngemawai. Yu gukhajolah nak ki jadi petani, semula ni niku sekula si tinggi in niku mawat jadi petani" jelaskon bak.

Terjemahan Bahasa Indonesia 

Belajar Panen Kopi

Kali ini aku ikut ke kebun ayahku, pertama kalinya aku berkunjung ke kebun. Rasanya menyenangkan, saat perjalanan ada banyak pemandangan yang sangat indah.

Ada gunung, lembah, bukit dan juga hutan rimba yang semuanya nampak hijau dan asri. Sesekali aku juga melihat kampung kecil diantara kebun-kebun kopi. Kata ayahku, itu namanya talang.

Sampai juga aku di kebun. "Sampai, ayo kita siap-siap manen kopi" ajak ayah. "Siap, aku sudah tidak sabar ingin memanen kopi, pasti mudah dan menyenangkan" jawabku.

Setelah berganti baju, makan, dan mempersiapkan alat-alat, kami mulai memanen kopi. Aku pun dengan sarung tangan, keranjang, topi dan pisau kecil sudah nampak seperti ayahku.

"Ye panen" teriaku bahagia. Pelan-pelan aku pindahkan biji kopi dari batangnya ke keranjang. "Ternyata susah juga ya" dalam benakku.

"Nak, itu yang hijau jangan dipetik dulu, yang hijau masih muda. Petiklah yang tua, warnanya kuning dan merah" ucap ayah memberi tahu bahwa aku salah memetik kopi.

"Oh baik yah, kukira semuanya bisa dipetik" jawabku yang kemudian. Baru satu jam, keringatku sudah mengucur. Cukup lelah, ternyata memanen kopi tidak semudah yang kukira. Tanganku juga terasa sakit, sebab jari-jari digunakan untuk memetik kopi yang masih terikat di ranting pohonnya. 

"Yah, aku boleh istirahat duluan kah ? Aku lelah dan tanganku mulai terasa sakit. Keranjangku juga tidak penuh-penuh, tapi sudah berat. Aku susah berjalan yah" keluhku pada ayah.

"Istirahatlah nak," jawab ayah sambil tersenyum. Kemudian ia meledek. "Katanya mau metik kopi yang banyak, eh ternyata loyo juga nih hehehhe".

"Iya yah, ternyata berat ya. Kukira gampang" sahutku. "Ini adalah proses tergampang dari bertani kopi, ada proses lain yang berat seperti membersihkan rumput dan ranting, pemupukan dan penjemuran. Ya beginilah nak kalau jadi petani, makanya kamu sekolah yang tinggi biar gak jadi petani" terang ayah.

2. Lapahan Sebutikh Mi

"Ki mengan so dibelakon, dang nyisa gukhano. Ki niku pagun betong, akuk cutik-cutik gaoh. Mi no kasian ki mawat dikanik" tawai emak di mija mengan pas ngeliak nyak mawat ngebelakon mi dipanjang. "iyu mak" timbalku.

"Cuba niku mit sabah, liak petani. Liak cakhani, tiyan nanom ni susah, pekhallu waktu. Pas khadu jadi mi malah di haccong-haccongkon" jelaskon emak.

Jimoh ni nyak temon mit sabah, ngeliak tian nyabah. "Mamak, hino pakhi ni khadu benni yu nanomni?" tanyaku. "Khadu 3 bulan kan" timbal mamak Fadlan, tukang gakhap sabah di pekonku.

"Halau, no halau. Wat dikebelah isan" pekik mamak Fadlan lawan tukang gakhap sabah si bakhik pas ngeliak wat papikha munduk. "Munduk kukhang ajakh, kekhejaan ni nyadang gaoh" hani mamak Fadlan.

Pudak mamak Fadlan keliaan komol. Injukni ia temon-temon Kebuyaan. Kuliak petani si bakhih gukhano moneh, tiyan lapah pagi khik mulang debbi ngukhuskon pakhini. Nyak tekhus gaoh menyinkon tiyan jak jaoh. Palas mikikhkon cawaan si di cawakon emak lawan nyak.

"Tekhyata emak temon, jina nyak jak mit sabah ngeliak petani pakhi" cawaku lawan emak pas khadu mulang jak sabah. Emak lassung cawa "Hippa jaoh ni lapahan kham massakon mi jak ki lawan lapahan mi ngedi kham?

Terjemahan Bahasa Indonesia

Perjalanan Sebutir Nasi

"Kalau makan itu dihabiskan, jangan nyisa gitu. Kalau kamu masih kenyang, ambilnya dikit-dikit aja. Itu nasinya kasian kalau enggak dimakan" nasihat ibu di meja makan saat melihat aku tidak menghabiskan nasi dipiring. "Iya bu" jawabku.

"Coba kamu kesawah, liat petani. Liat prosesnya, mereka menanam dengan sengsara, butuh waktu. Dan kini setelah jadi nasi malah kamu buang-buang" imbuh ibu.

Esoknya aku pun benar-benar kesawah, melihat petani padi. "Om, itu padinya udah lama ya nanemnya ?" tanyaku. "Udah 3 bulan dek" jawab Om Fadlan, penggarap sawah di desaku. 

"Kejar, itu kejar. Ada disebelah sana" teriak Om Fadlan pada pengarap sawah lain saat melihat beberapa ekor tikus. "Tikus sialan, kerjaanya merusak aja" kata Om Fadlan.

Terlihat wajah lusuh dari raut Om Faldan. Sepertinya ia benar-benar kelelahan. Kulihat petani lain juga begitu, mereka berangkat pagi dan pulang sore untuk mengurus padinya. Aku terus saja memperhatikan mereka dari kejauhan. Sambil merenungi kalimat yang dikatakan oleh ibu. 

"Ternyata ibu benar, tadi aku ke sawah melihat petani padi" Ucapku pada ibu setelah pulang dari sawah. Ibu pun langsung berkata "Lebih jauh mana perjalanan kita mendapatkan nasi dibandingkan dengan perjalanan nasi menuju kita?" 

Sobat, itulah dua contoh karangan cerita pendek atau cerpen bahasa Lampung yang bisa anda jadikan sebagai referensi. Semoga cerpen ini dapat menjadi pelajaran untuk kita. 

Posting Komentar untuk "2 Cerpen Bahasa Lampung Tentang Kopi dan Sawah"